fbpx
  • Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Redaksi dan Manajemen
    • Dewan Penasihat
  • Mata Air di Dunia
    • Arabic
    • Deutsch
    • English
    • Spanish
    • Turkish
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir
Sunday, March 7, 2021
  • Login
Majalah Mata Air
Advertisement
  • Beranda
  • Sains
    Kesempurnaan pada Fisik Burung

    Kesempurnaan pada Fisik Burung

    Ibnu Sina, Seorang Ilmuwan Teladan

    Ibnu Sina, Seorang Ilmuwan Teladan

    Hai Budi, Ini Aku Paru-parumu

    Hai Budi, Ini Aku Paru-parumu

    Jika Ludah Tak Ada

    Jika Ludah Tak Ada

    Berguru ke Alam Terkembang

    Berguru ke Alam Terkembang

    Batubara, Berlian, dan Manusia

    Batubara, Berlian, dan Manusia

    Kapan Sebaiknya Kita Makan Buah?

    Kapan Sebaiknya Kita Makan Buah?

    Hai Budi, Ini Aku Hatimu !

    Hai Budi, Ini Aku Hatimu !

    Mengapa Kita Membolak-balikkan Badan Selama Tidur?

    Mengapa Kita Membolak-balikkan Badan Selama Tidur?

  • Budaya
    Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

    Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

    Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

    Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

    Batu Bisu Bercerita

    Batu Bisu Bercerita

    Al-Andalus, Hilangnya Sebuah Peradaban

    Al-Andalus, Hilangnya Sebuah Peradaban

    Sebuah Bencana Besar

    Sebuah Bencana Besar

    Rasa Percaya Diri yang Disalah Pahami

    Rasa Percaya Diri yang Disalah Pahami

  • Spiritualitas
    Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

    Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

    Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

    Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

    Rasa Ego Dalam Diri Manusia

    Rasa Ego Dalam Diri Manusia

    Asal-usul Tasawuf

    Asal-usul Tasawuf

    Sufi

    Sufi

    Sebuah Sistem Vital: Pembekuan Darah

    Sebuah Sistem Vital: Pembekuan Darah

  • WorkshopBaru
  • Mata Air On AirBaru
  • Event
    • Liputan
    • Lomba Baca
      • Semua Membaca Rasulullah
        • Try Out
        • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
        • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
        • Ujian Akhir
        • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
        • Pembahasan Ujian Sirah Nabawiyah
        • Seminar
          • Seminar 1
          • Seminar 2
          • Seminar 3
        • Kuis
          • Kuis 1
          • Kuis 2
          • Kuis 3
  • Arsip
    • Quotes Mata Air
  • Berlangganan
  • Paket Majalah
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Sains
    Kesempurnaan pada Fisik Burung

    Kesempurnaan pada Fisik Burung

    Ibnu Sina, Seorang Ilmuwan Teladan

    Ibnu Sina, Seorang Ilmuwan Teladan

    Hai Budi, Ini Aku Paru-parumu

    Hai Budi, Ini Aku Paru-parumu

    Jika Ludah Tak Ada

    Jika Ludah Tak Ada

    Berguru ke Alam Terkembang

    Berguru ke Alam Terkembang

    Batubara, Berlian, dan Manusia

    Batubara, Berlian, dan Manusia

    Kapan Sebaiknya Kita Makan Buah?

    Kapan Sebaiknya Kita Makan Buah?

    Hai Budi, Ini Aku Hatimu !

    Hai Budi, Ini Aku Hatimu !

    Mengapa Kita Membolak-balikkan Badan Selama Tidur?

    Mengapa Kita Membolak-balikkan Badan Selama Tidur?

  • Budaya
    Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

    Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

    Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

    Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

    Batu Bisu Bercerita

    Batu Bisu Bercerita

    Al-Andalus, Hilangnya Sebuah Peradaban

    Al-Andalus, Hilangnya Sebuah Peradaban

    Sebuah Bencana Besar

    Sebuah Bencana Besar

    Rasa Percaya Diri yang Disalah Pahami

    Rasa Percaya Diri yang Disalah Pahami

  • Spiritualitas
    Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

    Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

    Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

    Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

    Rasa Ego Dalam Diri Manusia

    Rasa Ego Dalam Diri Manusia

    Asal-usul Tasawuf

    Asal-usul Tasawuf

    Sufi

    Sufi

    Sebuah Sistem Vital: Pembekuan Darah

    Sebuah Sistem Vital: Pembekuan Darah

  • WorkshopBaru
  • Mata Air On AirBaru
  • Event
    • Liputan
    • Lomba Baca
      • Semua Membaca Rasulullah
        • Try Out
        • Pembahasan Try Out Cahaya Abadi
        • Pembahasan Try Out Sirah Nabawiyah
        • Ujian Akhir
        • Pembahasan Ujian Cahaya Abadi
        • Pembahasan Ujian Sirah Nabawiyah
        • Seminar
          • Seminar 1
          • Seminar 2
          • Seminar 3
        • Kuis
          • Kuis 1
          • Kuis 2
          • Kuis 3
  • Arsip
    • Quotes Mata Air
  • Berlangganan
  • Paket Majalah
No Result
View All Result
Majalah Mata Air
No Result
View All Result
Home Budaya

Pengorbanan

by Mata Air
December 1, 2020
in Spiritualitas
Reading Time: 6min read
Share on WhatsappShare on FacebookScan and read on your phone

Melakukan pengorbanan adalah mengorbankan dari apa yang dimiliki; suatu perilaku yang ditunjukkan oleh hampir setiap makhluk hidup, di setiap penjuru, di alam semesta ini. Secara fitrah jika dilihat dari sisi tempat dan tujuan yang digunakan jika pengorbanan dilakukan dengan sebuah gerakan yang baik akan mampu mewujudkan berbagai hasil yang berbeda pula. Ketika mahluk lain secara tidak sadar melakukan ini dalam kerangka terpaksa, maka yang diharapkan dari seorang manusia adalah mewujudkan hal ini dengan menggunakan iradah atau kendali dirinya secara maksimal.

Seorang ibu bagi anaknya atau seorang prajurit bagi tanah airnya akan mampu melewati malam tanpa tidur. Hati seorang ayah dan ibu akan bergetar seperti hati seekor burung merpati setiap kali memikirkan anaknya, hatinya selalu was-was memikirkan anak- anaknya dalam pengorbanan tiada tara. Seorang guru akan mengajarkan ilmu yang dikumpulkannya dari seribu satu sumber dengan seribu satu kecermatan bagaikan seekor lebah tanpa merasa berat sedikitpun. Seorang istri bagi suaminya ataupun sebaliknya seorang suami bagi istrinya rela melakukan berbagai pengorbanan, dan seperti contoh-contoh tadi hampir semua insan manusia melakukan hal ini baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kemaslahatan orang lain.

 

Sedangkan bagi mereka yang beriman, akan berada pada banyak kondisi yang menuntut pengorbanan lebih banyak dari segi kehambaannya di atas segala sesuatu. Sholat-sholat yang ditegakkan di awal subuh atau di larut sepinya malam tanpa memikirkan panas atau dinginnya udara, lapar-dahaga yang dirasakan saat berpuasa di musim panas maupun dingin. Terlepas dari pemahaman bahwa harta benda adalah perisai bagi jiwa namun dengan menyisihkan sebagian hartanya zakat tetap harus ditunaikan bagi kaum fakir miskin, juga ibadah haji yang dilaksananakan dengan mengorbankan jiwa dan harta demi memenuhi panggilan yang diperintahkan oleh Rabb kita. Titik tertinggi dari ‘amar ma’ruf nahi anil munkar’ yang harus diperjuangkan sepanjang hidup kita, jika diperlukan adalah semua perang yang dilakukan dengan menafikan arti hidup sekalipun. Dan kesemuanya ini adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam ranah kehambaan kita sebagai mahluk-Nya yang bisa dicapai melalui perahu pengorbanan.

RelatedArticles

Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

 

Semua kesuksesan terbesar berumur panjang yang amat sangat diinginkan oleh manusia hanya dapat dicapai dengan pengorbanan dalam makna sesungguhnya. Segala sesuatu yang dikerjakan – baik maupun buruk – hanya akan dapat mencapai hasil terbaik jika dibangun di atas dasar pengorbanan. Hasil positif maupun negatif dari contoh-contoh ini telah memenuhi sejarah manusia.

 

Yang mencontohkan pengorbanan pada tingkat tertinggi serta menempatkan perasaan yang luhur ini pada posisi terbaik adalah ‘Kebanggaan Umat Manusia – Rasulullah SAW’. dapat dikatakan bahwa seluruh kehidupan Beliau SAW dilukis di atas kanvas pengorbanan. Dikarenakan hal tersebut Beliau selalu mengorbankan harta benda, kesehatan, serta keinginan dan kepentingan pribadinya bagi keselamatan umat manusia. Dan lagi-lagi demi perasaan luhur ini, pada suatu peristiwa besar yang dianugerahkan hanya pada Beliau yang bahkan tidak ada satupun nabi lain yang mengalaminya yaitu peristiwa Mi’raj, Beliau tetap memilih pulang kembali ke dunia, hingga Adulkuddûs berkata: “Jika saja peristiwa besar itu terjadi padaku, Wallahi… Billahi aku tidak akan mau pulang kembali ke dunia”, kata beliau. Saat harta benda datang ber- limpah, misalnya saat setelah perang Hunain harta ghanimah yang menjadi bagian Beliau seharusnya cukup untuk kelangsungan hidup beliau dan keluarganya selama bertahun-tahun namun alih-alih menikmatinya Beliau SAW justru memilih hidup sederhana dan sering menahan lapar, bagai sebuah angin rahmat beliau menebarkan apa saja yang dimilikinya bagi orang-orang miskin. Persis seperti Beliau, Para Sahabat yang mulia juga selalu mengorbankan jiwa dan membungkus harta milik mereka untuk diserahkan pada Rasulullah tercinta. Jika memang diperlukan mereka akan mengorbankan seluruh harta bendanya, setiap waktunya bahkan malam-malam tanpa tidur, serta buah hati, anak-anak mereka sekalipun. Para penerus setelahnya pun menampilkan pengorbanan serupa seperti apa yang ditunjukkan oleh nenek moyangnya. Hingga saat ini, tentu saja dengan rasa syu- kur ke hadirat Allah SWT, seringkali saya merasakan rasa terima kasih yang amat sangat pada para pendahulu. Oleh karena jika saja mereka tidak berkorban dengan sungguh-sungguh, tidak teguh dalam menghidupkan keyakinannya dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama sehingga dengan sayap keteguhan itu terbang hingga ke mari, saya tidak yakin apakah di masa di mana representasi Islam begitu lemah dan pada masa yang penuh dengan intrik ini kita bisa mengenal Islam dan mendapatkan hidayah hanya dengan penalaran dan usaha kita sendiri?

 

Telah dikatakan bahwa jalan pengorbanan itu bisa bermacam-macam. Misalnya yaitu Lenin, salah satu dari para arsitek faham komunisme yang telah menjadi malapetaka di mana-mana tersebut. Pada masa sebelum ia mewujudkan revolusi besarnya saat menjalani masa penahanan di sebuah penjara di dekat perbatasan Cina, Lenin menghabiskan waktunya dengan membaca ratusan kali buku Das Capital karangan Karl Marx tokoh panutannya. Setelah lepas dari kecamuk perang dunia ke-2, ratusan rakyat Jerman berjanji untuk tidak makan daging hingga negaranya dapat dibangun dan berjaya kembali. Pada zamannya, para siswa dari Jepang yang menuntut ilmu di Eropa membiasakan dirinya untuk tekun dan berusaha keras agar dapat berhasil menamatkan sekolahnya sementara bagi mereka yang gagal lebih memilih jalan harakiri demi menyelamatkan harga diri dan kehormatannya. Terlihat jelas bahwa, semua pengorbanan yang dilakukan dengan penuh ikhlas walau atas nama apapun sesuai dengan janji-Nya tidak akan pernah meninggalkannya tanpa balasan dan tetap diberikan kesuksesan atasnya.

 

Pengorbanan dalam kepolosan seorang anak dengan ketulusannya bagaikan ukiran indah di atas pualam yang akan menempati pojok paling istimewa dalam ingatan. Apalagi bila semua pengorbanan yang dilakukan dalam jalan Ridha-Nya, jika dilakukan untuk berkhidmah bagi agama-Nya, maka semua malaikat penghuni langit akan bertepuk tangan memuji pada semua mahluk yang ada di bumi dan tidak diragukan lagi akan dapat mendatangkan khazanah Rahmat Allahu Ta’ala yang tak berbatas.

 

Peristiwa penuh keikhlasan, tanpa pamrih dan sangat menyentuh yang akan saya ceritakan berikut, saya rasa akan dapat menjadi sebuah contoh yang bagus. Cerita ini adalah sebuah kisah nyata yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu. Pada sebuah kecelakaan lalu lintas seorang anak perempuan terluka parah. Oleh karena kondisinya yang amat kritis ia harus segera menjalani operasi darurat dan untuk itu dibutuhkan donor darah yang cukup demi keselamatannya. Namun malangnya, pada saat itu tidak bisa didapatkan cadangan dari golongan darah yang tepat untuknya. Lalu kemudian tim medis mencoba mencari tahu apakah dari pihak anggota keluarganya ada yang memiliki golongan darah yang sama. Lalu ditemukan bahwa adik laki-laki dari gadis itu memiliki golongan darah yang sama. Akhirnya dicoba untuk dijelaskan pada anak laki-laki tersebut kondisi yang terjadi, tentu saja dengan bahasa yang bisa dipahami olehnya. Dijelaskan bahwa jika ia bersedia memberikan darahnya maka kakak perempuannya akan bisa sehat dan bermain kembali. Anak kecil itu berfikir sesaat lalu kemudian memutuskan bersedia memberikan darahnya bagi kakak perempuannya. Saat ia dibaringkan di tempat tidur RS untuk mulai diambil darahnya, sesaat anak tersebut menoleh ke kanan, tempat ibunya duduk menunggui. Lalu ia membisikkan kepada ibunya: “Ibu… aku akan mati perlahan-lahan, kan?”. Bayangkan hati seorang anak yang bersih dan suci itu begitu polos ketika bersedia untuk mengorbankan dirinya demi keselamatan kakaknya.

 

Dalam hal pengorbanan ini ada sebuah pertimbangan yang bisa kita kaitkan dengannya. Setiap ayah dan ibu, saat mengingat tentang kelebihan yang dimiliki anaknya akan selalu mencari kesempatan untuk bisa membanggakannya di depan orang lain, mulai dari kepintarannya, kecerdasan, kehebatannya karena sudah bisa membaca di usia dini, rapor terakhirnya yang meraih nilai tinggi… Dalam hal ini persis seperti sebuah kecemburuan. Misalnya seseorang yang berkesempatan berbicara berjam-jam di sebuah majelis namun tak sekalipun pembicaraanya diarahkan untuk mengagungkan Sang Maha Pencipta, jika orang tersebut tidak sedikitpun merasa perlu untuk menjelaskan kebesaran Allah SWT, maka amat perlu direvisi kembali tentang hubungan pribadi tersebut dengan Rabb-nya. Persis seperti ini juga dalam hal pengorbanan, berkorban untuk Allah, bahkan saya fikir ketika kita berkorban di jalan-Nya, semua yang dilakukan haruslah tetap berada dalam kerangka kecemburuan sehingga sensitif untuk terus menja- ganya agar tetap berada pada jalan yang benar-benar diinginkan Allah SWT. Manusia dalam setiap tahapan kehidupannya, mau tidak mau akan selalu melakukan pengorbanan dalam berbagai hal. Namun kesemua pengorbanan itu tidak semuanya yang akan mem- buahkan hasil bagi dirinya bahkan ada sebagian yang justru mendatangkan musibah. Akan tetapi Allah SWT berjanji bahwa tidak akan ada satupun hal yang dilakukan bagi-Nya akan sia-sia. Bahkan pengorbanan yang ditujukan demi menggapai Ridha-Nya dalam perasaan yang paling tinggi, bukan hanya akan mendatangkan kebaikan di akhirat namun juga akan menjadi wasilah yang paling besar bagi ketenangan hati kita di dunia. Beban suci yang mau tidak mau harus kita tanggung selayaknya kita sebagai seorang hamba ini pun hanya dapat terangkat dengan bentuk pengorbanan mulia layaknya Para Sahabat dahulu. Semua yang mengaku memiliki iman seharunya memiliki kesadaran bersama untuk menyingsingkan lengan, bersama-sama berderap menuju ladang pengorbanan seraya menghirup nafas keceriaan dari semangat ini.

 

Satu hal yang menjadi poin penting adalah manusia yang kalbunya hidup tidak akan pernah merasakan ratapan kesedihan dari keinginannya, ketidakmampuannya, keterasingannya, kesengsaraannya, bahkan hasil dari dari pengorbanan yang dilakukannya di du- nia ini karena ia sangat yakin bahwa semuanya hanya akan mendapat balasannya di tanah air aslinya yaitu di akhirat kelak. Orang-orang seperti ini hanya akan melakukan kewajibannya dengan terus bermuhasabah apakah ia telah menunaikan kewajiban tersebut sesuai dengan haknya ataukah belum di dunia ini dan kemu- dian akan pergi ke dunia berikutnya. Tanpa rasa pamrih, tidak mengambil keuntungan, tidak ragu, tanpa tawar menawar, tanpa menghitung-hitung keutungan…. hanya karena mengharap Ridha-Nya.

***

Karya : Dr. Ali Ünsal

Tags: 2014Dr. Ali UnsalHikmahPilihan EditorSpiritualitasVolume 1 Nomor 4
Previous Post

Rindu Kami pada Akhlak Mulia

Next Post

Hai Budi…, Ini Aku, Jantungmu!

Mata Air

Mata Air

Related Posts

Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?
Spiritualitas

Bagaimana Menilai Dunia Dalam Kondisi Sekarang?

October 15, 2020
Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?
Spiritualitas

Apakah Niat Bisa Menyelamatkan Manusia?

October 15, 2020
Load More

Discussion about this post

POPULAR POST

  • Buku atau Gadget

    Buku atau Gadget

    554 shares
    Share 222 Tweet 138
  • Fenomena Ayat Ayat Kelautan

    533 shares
    Share 213 Tweet 133
  • Kopi Yang Tergantung

    533 shares
    Share 216 Tweet 132
  • Kisah Persahabatan dalam Sicupak Lada

    524 shares
    Share 210 Tweet 131
  • Anakku Banyak (N)akal

    523 shares
    Share 210 Tweet 131

Majalah Mata Air menyuguhkan bahan bacaan untuk mengembangkan cakrawala pemikiran.

Ikuti Kami

Kategori

  • Budaya
  • Sains
  • Spiritualitas

Tags

2014 2015 2020 Abdullah Demir Ahmet Tașkıran Antony P. O’connell Astri Katrini Alafta Astronomi B. Mümtaz Aydın Biologi Budaya Bukit-bukit Zamrud Kalbu Cerita Dr. Ali Unsal Dr. Arslan Mayda Dr. F. Osmanoglu Dr. Haluk Nurbaki Dr. Mücteba Müezzinoğlu Dr. S.E. Konuk Dr. Selim Aydın Dr. Veli Karabuğa Esai - Cerita Hikmah Hikmah - Akhlak Kedokteran Kedokteran - Kesehatan Kesehatan M. Fethullah Gülen Pendidikan Pilihan Editor Prof. Dr. Irfan Yılmaz Prof. Dr. Osman Çakmak Psikologi Puisi Sains Sejarah Spiritualitas Tanya - Jawab Volume 1 Nomor 1 Volume 1 Nomor 2 Volume 1 Nomor 3 Volume 1 Nomor 4 Volume 2 Nomor 5 Volume 2 Nomor 6 Zoologi

Artikel Terbaru

Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

Fenomena Ayat-Ayat Kelautan

March 5, 2021
Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

Coding dan Kebenaran Berita: Lebih Baik Bicara atau Diam?

March 4, 2021
  • Privacy & Policy
  • Kontak
  • Tentang Kami
  • Mata Air di Dunia
  • FAQ
  • Kirim Artikel
  • Karir

© 2020 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Sains
  • Budaya
  • Spiritualitas
  • Workshop
  • Mata Air On Air
  • Event
    • Liputan
    • Lomba Baca
      • Semua Membaca Rasulullah
  • Arsip
    • Quotes Mata Air
  • Berlangganan
  • Paket Majalah

© 2020 Majalah Mata Air - Membaca Kehidupan.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In